1 / 100

Temanggung, 19 Oktober 2024 hybrid – Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro kembali melanjutkan kegiatan pengabdian masyarakatnya di Yayasan Al Kautsar melalui sesi tanya jawab bersama guru-guru dari jenjang PAUD, TK, SD, dan SMP. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian program yang telah berjalan sejak 2023, dengan tujuan memperkuat peran guru dalam mendukung kesejahteraan mental siswa melalui dukungan psikologis pertama (PFA). Sesi ini menjadi kesempatan bagi para guru untuk berdiskusi langsung dengan para psikolog tentang berbagai tantangan psikologis yang sering dihadapi siswa, seperti gangguan bicara, emosi pada anak dengan riwayat kesehatan tertentu, hingga fenomena “anak indigo.”

Dipandu oleh tim Fakultas Psikologi yang terdiri dari Annastasia Ediati, S.Psi., M.Sc., Ph.D., Psikolog, Aldani Putri Wijayanti, S.Psi., M.Sc., dan Fika Nadia Tirta Maharani, S.Psi., M.Psi., Psikolog, sesi ini diawali dengan pembahasan tentang pentingnya memahami berbagai kebutuhan psikologis siswa secara menyeluruh. Salah satu topik utama yang dibahas adalah pemahaman konsep “anak indigo” yang sering muncul di masyarakat, namun secara ilmiah dan medis tidak diakui dalam panduan resmi seperti Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) dan International Classification of Diseases (ICD).

Forum diskusi ini juga menjadi kesempatan bagi guru-guru untuk berbagi pengalaman mereka saat menerapkan PFA kepada siswa. Fika Nadia Tirta Maharani menjelaskan pentingnya forum ini sebagai sarana bagi guru untuk menghubungkan antara teori yang dipelajari dan penerapannya dalam kelas. “Terkadang, jika hanya dijelaskan secara teori, ada kesenjangan dengan praktik. Maka dari itu, guru-guru banyak mengajukan pertanyaan terkait pengalaman praktis mereka ketika mengajar. Forum ini berhasil membuat guru lebih memahami cara memberikan layanan pendidikan melalui kegiatan belajar mengajar yang lebih baik kepada siswa,” ujar Fika Nadia.

Selain diskusi mengenai anak indigo, tim psikologi Undip juga membagikan teknik-teknik sederhana bagi guru saat menghadapi anak yang mengalami gangguan bicara seperti gagap. Dalam sesi ini, Fika Nadia menekankan pentingnya pendekatan empatik, di mana guru dapat berbicara perlahan dan memberikan waktu lebih bagi anak untuk mengungkapkan pikirannya tanpa tekanan. Ia menambahkan bahwa terapi wicara sangat membantu anak-anak dengan gangguan bicara, terutama jika dimulai sejak dini. Para guru juga belajar cara menghadapi anak dengan riwayat kesehatan tertentu, seperti anak dengan kondisi jantung yang sering mengalami reaksi emosional di kelas. Teknik time-out dan grounding diperkenalkan untuk menenangkan anak yang merasa marah atau kewalahan, dengan cara sederhana seperti menarik napas dalam-dalam atau mengamati lingkungan di sekitar.

Para guru juga dibekali metode untuk melatih anak agar lebih fleksibel saat menghadapi situasi tak terduga. Teknik pernapasan “tiup lilin” diperkenalkan untuk membantu anak mengelola rasa cemas ketika ada perubahan rencana. Selain itu, permainan peran, seperti skenario berpura-pura piknik yang tiba-tiba terganggu oleh hujan, dipraktikkan untuk mengajarkan anak berpikir cepat dalam menghadapi situasi spontan tanpa merasa cemas.
Melalui kegiatan ini, Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro berharap dapat terus mendukung peran guru dalam menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan mendukung kesehatan mental siswa. “Dengan adanya diskusi pasca pelatihan ini, guru-guru dapat lebih memahami peran mereka dalam memberikan layanan pendidikan yang lebih baik. Kami berharap pengalaman ini dapat memperkaya perspektif para guru dalam mendampingi siswa mereka di kelas,” ungkap Fika Nadia Tirta Maharani.

Kegiatan ini mendapat sambutan positif dari para peserta yang merasa lebih percaya diri dalam menghadapi situasi emosional di kelas. Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro berharap kerja sama ini dapat terus berkembang dan menjadi model kolaborasi positif antara universitas dan lembaga pendidikan dalam menciptakan pendidikan yang inklusif dan ramah kesehatan mental di Jawa Tengah.